1060

sedang migrasi dari konsepbiologi.wordpress.com

slide 2 title

sedang migrasi dari konsepbiologi.wordpress.com.

slide 3

sedang migrasi dari konsepbiologi.wordpress.com

slide 4 =

sedang migrasi dari konsepbiologi.wordpress.com

slide 5

sedang migrasi dari konsepbiologi.wordpress.com

Sunday, November 13, 2011

karaginan

Rumput laut (seaweed) dalam bahasa ilmiah dikenal dengan istilah alga.
Berdasarkan pigmen yang dikandung alga dapat dikelompokkan menjadi empat
kelompok, yaitu Rhodopyceae (alga merah), Phaeopyceae (alga coklat),
Chlorophyceae (alga hijau) dan Cyanophyceae (alga hijau biru). Menurut Rahmania
(2001), rumput laut bermanfaat untuk makanan, obat  dan bahan baku industri.
Gracillaria (alga merah) memiliki kandungan  agar yang biasanya digunakan dalam
pembuatan makanan, farmasi dan industri. Sargassum (alga coklat) menghasilkan
alginat. Alginat banyak digunakan untuk  kosmetik, industri tekstil, menurunkan
kolesterol, pengobatan anti kanker dan sebagainya. Sedangkan  Eucheuma spinosum
(alga merah)  memiliki kandungan karaginan yang banyak digunakan dalam berbagai
industri (Winarno,1990).
Eucheuma spinosum merupakan rumput laut  dari kelompok Rhodopyceae
(alga merah) yamg mampu menghasilkan karaginan.  Eucheuma dikelompokkan
menjadi beberapa spesies yaitu  Eucheuma edule, Eucheuma spinosum, Eucheuma
cottoni, Eucheuma cupressoideum dan masih banyak lagi yang lain. Kelompok
Eucheuma  yang dibudidayakan di Indonesia masih sebatas pada  Eucheuma cottoni
dan Eucheuma spinosum. Eucheuma cottoni dapat menghasilkan kappa karaginan dan
telah banyak diteliti baik proses pengolahan maupun elastisitasnya. Sedangkan
Eucheuma spinosum  mampu menghasilkan iota karaginan. Dewasa ini rumput laut
1
jenis  Eucheuma spinosum banyak dibudi daya di daerah Sumenep–Madura. Akan
tetapi rumput laut jenis ini masih belum banyak diteliti bagaimana cara eksktraksi
untuk menghasilkan iota karaginan maupun komposisi kimia yang dikandung iota
karaginan. Proses yang dilakukan selama ini hanya pengolahan langsung menjadi
permen maupun dodol bahkan masih banyak  yang dijual dalam bentuk kering tanpa
pengolahan .
Karaginan merupakan getah rumput laut yang diekstraksi dengan air atau
larutan alkali dari spesies tertentu dari kelas Rhodophyceae (alga merah). Karaginan
berfungsi untuk pengental, pengemulsi, pensuspensi, dan faktor penstabil. Karaginan
juga dipakai dalam industri pangan untuk memperbaiki  penampilan produk kopi, bir,
sosis, salad, es krim, susu kental, coklat, jeli. Industri farmasi memakai karaginan
untuk pembuatan obat, sirup, tablet, pasta gigi, sampo dan sebagainya. Industri
kosmetika menggunakannya sebagai gelling agent (pembentuk gel) atau binding agent
(pengikat). Sedangkan industri non pangan seperti tekstil, kertas, cat air, transportasi
minyak mentah, penyegar udara, pelapisan keramik, kertas printer atau mesin pencetak
serta karpet dan sebagainya (Winarno, 1990).
Usaha peningkatan pemanfaatan rumput laut merah  Eucheuma spinosum
menjadi suatu tepung karaginan akan dilakukan agar dapat digunakan untuk berbagai
proses industri yang selama ini hanya dijual kering tanpa pengolahan, yaitu sebatas
pembuatan permen dan dodol. Yang perlu diperhatikan dalam pembuatan karaginan
adalah proses ekstraksi yang meliputi cara ekstraksi, pH, lama dan suhu.  Proses
pengolahan karaginan dimulai dengan  sistem ekstraksi dengan suatu basa yang
kemudian dilanjutkan dengan penyaringan, pengendapan dan  penggilingan hingga
2
menjadi suatu tepung. Rasyid (2003) menjelaskan bahwa perbedaan  penggunaan basa
berpengaruh pada kekentalan dan kekuatan gel karaginan. Jika diinginkan suatu
produk yang kental dengan kekuatan gel rendah  maka digunakan garam natrium,
untuk gel yang elastis digunakan garam  kalsium sedangkan garam kalium
menghasilkan gel yang keras. Untuk Kappa karaginan lebih sensitif terhadap ion-ion
kalium sedangkan  iota karaginan lebih sensitif dengan ion-ion kalsium. Mangione
dkk (2005) telah meneliti tentang pengaruh K dan Na pada sifat gel kappa karaginan,
dimana kedua ion tersebut memiliki peran yang berbeda dalam menaikkan gel
makroskopik kappa karaginan. Adanya ion Na menghasilkan struktur yang  lebih tidak
teratur dibandingkan dengan adanya ion K. Sehingga akan diteliti pengaruh Ca, K dan
Na pada sifat kekentalan  iota karaginan.
pH berpengaruh pada pembuatan karaginan. Menurut Rumajar dkk (1997)
randemen tertinggi sebesar 50% di dapat pada perlakukan pH 10. Sedangkan menurut
Suryaningrum (1988) ekstrak dilakukan dalam suasana basa pada pH 8-9.
Berdasarkan uraian tersebut maka pada   penelitian ini akan dibuat tepung karaginan
dengan cara ekstraksi pada pH 8; 8,5; 9; 9,5 dan 10.
Lama proses ekstraksi juga mempengaruhi karaginan yang dihasilkan. Menurut
Setyowati (2000) randemen terbesar  yaitu 67,77% diperoleh untuk jenis  Eucheuma
spinosum dengan lama ekstraksi optimal 2 jam. Sedangkan menurut Rumajar dkk
(1997) bahwa randemen tertinggi yaitu 50% didapat dengan lama ekstraksi 90 menit.
Selain itu, waktu ekstraksi juga mempengaruhi kadar sulfat. Menurut Setyowati
(2000) lama ekstraksi 2 jam memberikan hasil rata-rata kadar sulfat tertinggi sebesar
19,44% sedangkan terendah pada lama ekstraksi 1 jam sebesar 18,318%. Sedangkan
3
menurut Rumajar dkk (1997) kandungan sulfat rata-rata pada lama ekstraksi 30 menit
sebesar 22,07%, lama ekatraksi 60 menit 21,74% dan lama ekstraksi 90 menit menjadi
21,21%. Dimana dengan bertambah lama ekstraksi akan menurunkan kandungan
sulfat karaginan, sehingga akan dilakukan penelitian dengan lama ekstraksi 2 jam.
Karaginan dapat terlepas dari dinding sel dan larut  jika kontak dengan panas.
Degradasi panas yang terjadi akibat waktu ekstraksi yang terlalu lama menyebabkan
perubahan atau putusnya susunan rantai molekul.   Besarnya suhu pada saat ekstraksi
juga perlu diperhatikan. Suhu ekstraksi menurut Rasyid (2003) adalah 85-95  o
C,
Setyowati (2000) pada suhu 90 o
C sedangkan menurut Rumajar dkk (1997) pada suhu
100  o
C, Aslan (1991) dalam Setyowati dkk (2000) pada suhu  90-95o
C dan Mukti
(1987) dalam Setyowati dkk (2000) pada suhu optimum 90-95o
C. Sehingga pada
penelitian ini akan dilakukan pada suhu optimum 95 o
C.

Peranan Protista bagi Kehidupan Manusia



Beberapa penyakit yang menyerang tubuh manusia dan hewan mamalia sebagian disebabkan oleh protozoa parasit. Selain dapat merugikan bagi manusia, protista juga dapat menguntungkan,antara lain sebagai berikut:

1. Zooplankton di ekosistem perairan sebagian besar adalah protista berklorofil yang berguna sebagai makanan ikan dan arthropoda air.
2. Entamoeba coli di dalam usus besar mamalia ikut berperan dalam proses pembusukan sisa makanan.
3. Foraminifera mempunyai kerangka luar dari zat kapur dan fosilnya dalam jumlah tertentu dapat membentuk endapan tanah globigerina yang dapat digunakan sebagai petunjuk adanya minyak bumi.
4. Radiolaria mempunyai kerangka dari zat kersik. Radiolaria yang mati akan meninggalkan cangkangnya dan membentuk tanah radiolaria yang dapat digunakan sebagai bahan penggosok.
5. Paramaecium dapat juga digunakan sebagai organisme indikator terjadinya pencemaran air oleh zat organik.
6. Chlorella selain berperan sebagai produsen di ekosistem perairan, juga dapat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan protein sel tunggal (PST).
7. Selain protista menguntungkan bagi kehidupan manusia, ada beberapa yang merugikan, antara lain:

  1. Entamoeba histolytica hidup di dalam liang usus manusia, menyebabkan kerusakan jaringan pada usus dan diare.

  2. Entamoeba hartmani hidup di dalam liang usus manusia, penyebab disentri tetapi efeknya tidak lebih parah dari Entamoeba histolytica.

  3. Entamoeba gingivalis hidup di dalam rongga mulut manusia, ada disela-sela gigi atau di leher gigi, tenggorokan, dan tonsil. Tidak bersifat patotenik akan tetapi dapat memperparah terjadinya radang gusi.

  4. Trypanosoma gambiense menyebabkan penyakit tidur pada manusia (sleeping sickness atau trypanosomiasis). Protista ini hidup di dalam darah manusia. Vektor perantaranya adalah lalat tse-tse dari jenis Glossina tachionides.

  5. Trypanosoma evansi menyebabkan penyakit surrah pada ternak sapi, kuda, dan kerbau. Banyak berjangkit di daerah tropis termasuk Indonesia. Vektor perantaranya adalah lalat dari genus Tabanus.

  6. Trypanosoma rhodesiense, sama halnya dengan Trypanosoma gambiense,menyebabkan penyakit tidur pada manusia. Yang membedakan adalah vektor perantaranya yaitu lalat tse-tse dari jenis Glossina morsitans dan Glossina palpalis.

  7. Leishmaania donovani menyebabkan penyakit kala azar pada manusia. Penderita biasanya demam berkepanjangan, hati, dan limfanya membesar, serta terjadinya ulcers atau luka pada ususnya.


8. Chlorella (contoh alga hijau), digunakan untuk suplemen makanan, obat-obatan, dan bahan kosmetik.
9. Porphyra (alga merah), digunakan sebagai suplemen makanan.
10. Rhodymenia palmata (alga merah), digunakan sebagai sumber makanan.
11. Macrocrystas pyrifera, menghasilkan iodin yaitu unsur yang dapat mencegah penyakit gondok.
12. Macrocystis (alga cokelat), digunakan sebagai makanan suplemen untuk ternak karena kaya Na, P, N, Ca.
13. Gellidium; Gracilaria, digunakan sebagai bahan pembuatan agar-agar.
14. Laminaria; Fucus; Ascophylum, menghasilkan asam alginat sebagai pengental dalam produk makanan (sirup, coklat, permen, sald, keju, es krim) dan pengental dalam industri(lem, tekstil, pelapis kertas, tablet anti-biotik, pasta gigi).
15. Diatom (alga pirang), karena mengandung silikat tanah diatom digunakan sebagai penggosok, isolasi bahan dasar industri kaca, dan penyaring bakteri.

Saturday, November 12, 2011

World Science: Jamur

World Science: Jamur.

[caption id="attachment_440" align="alignleft" width="294" caption="gambar jamur"][/caption]

Kita telah mengenal jamur dalam kehidupan sehari-hari meskipun tidak sebaik tumbuhan lainnya. Hal itu disebabkan karena jamur hanya tumbuh pada waktu tertentu, pada kondisi tertentu yang mendukung, dan lama hidupnya terbatas. Sebagai contoh, jamur banyak muncul pada musim hujan di kayu-kayu lapuk, serasah, maupun tumpukan jerami. namun, jamur ini segera mati setelah musim kemarau tiba. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia telah mampu membudidayakan jamur dalam medium buatan, misalnya jamur merang, jamur tiram, dan jamur kuping.

CIRI-CIRI UMUM JAMUR
Jamur merupakan kelompok organisme eukariotik yang membentuk dunia jamur atau regnum fungi. Jamur pada umumnya multiseluler (bersel banyak). Ciri-ciri jamur berbeda dengan organisme lainnya dalam hal cara makan, struktur tubuh, pertumbuhan, dan reproduksinya.

1. Struktur Tubuh








Struktur tubuh jamur tergantung pada jenisnya. Ada jamur yang satu sel, misalnyo khamir, ada pula jamur yang multiseluler membentuk tubuh buah besar yang ukurannya mencapai satu meter, contohnya jamur kayu. Tubuh jamur tersusun dari komponen dasar yang disebut hifa. Hifa membentuk jaringan yang disebut miselium. Miselium menyusun jalinan-jalinan semu menjadi tubuh buah.

Hifa adalah struktur menyerupai benang yang tersusun dari dinding berbentuk pipa. Dinding ini menyelubungi membran plasma dan sitoplasma hifa. Sitoplasmanya mengandung organel eukariotik. Kebanyakan hifa dibatasi oleh dinding melintang atau septa. Septa mempunyai pori besar yang cukup untuk dilewati ribosom, mitokondria, dan kadangkala inti sel yang mengalir dari sel ke sel. Akan tetapi, adapula hifa yang tidak bersepta atau hifa senositik. Struktur hifa senositik dihasilkan oleh pembelahan inti sel berkali-kali yang tidak diikuti dengan pembelahan sitoplasma. Hifa pada jamur yang bersifat parasit biasanya mengalami modifikasi menjadi haustoria yang merupakan organ penyerap makanan dari substrat; haustoria dapat menembus jaringan substrat.

2. Cara Makan dan Habitat Jamur
Semua jenis jamur bersifat heterotrof. Namun, berbeda dengan organisme lainnya, jamur tidak memangsa dan mencernakan makanan. Cara untuk memperoleh makanan, jamur menyerap zat organik dari lingkungan melalui hifa dan miseliumnya, kemudian menyimpannya dalam bentuk glikogen. Oleh karena jamur merupakan konsumen maka jamur bergantung pada substrat yang menyediakan karbohidrat, protein, vitamin, dan senyawa kimia lainnya. Semua zat itu diperoleh dari lingkungannya. Sebagai makhluk heterotrof, jamur dapat bersifat parasit obligat, parasit fakultatif, atau saprofit.


a.Parasit obligat
Merupakan sifat jamur yang hanya dapat hidup pada inangnya, sedangkan di luar inangnya tidak dapat hidup. Misalnya, Pneumonia carinii (khamir yang menginfeksi paru-paru penderita AIDS).

b. Parasit fakultatif
Adalah jamur yang bersifat parasit jika mendapatkan inang yang sesuai, tetapi bersifat saprofit jika tidak mendapatkan inang yang cocok.

c. Saprofit
Merupakan jamur pelapuk dan pengubah susunan zat organik yang mati. Jamur saprofit menyerap makanannya dari organisme yang telah mati seperti kayu tumbang dan buah jatuh. Sebagian besar jamur saprofit mengeluar-kan enzim hidrolase pada substrat makanan untuk mendekomposisi molekul kompleks menjadi molekul sederhana sehingga mudah diserap oleh hifa. Selain itu, hifa dapat juga langsung menyerap bahanbahan organik dalam bentuk sederhana yang dikeluarkan oleh inangnya.

Cara hidup jamur lainnya adalah melakukan simbiosis mutualisme. Jamur yang hidup bersimbiosis, selain menyerap makanan dari organisme lain juga menghasilkan zat tertentu yang bermanfaat bagi simbionnya. Simbiosis mutualisme jamur dengan tanaman dapat dilihat pada mikoriza, yaitu jamur yang hidup di akar tanaman kacang-kacangan atau pada liken.

Jamur berhabitat pada bermacammacam lingkungan dan berasosiasi dengan banyak organisme. Meskipun kebanyakan hidup di darat, beberapa jamur ada yang hidup di air dan berasosiasi dengan organisme air. Jamur yang hidup di air biasanya bersifat parasit atau saprofit, dan kebanyakan dari kelas Oomycetes.


3. Pertumbuhan dan Reproduksi
Reproduksi jamur dapat secara seksual (generatif) dan aseksual (vegetatif). Secara aseksual, jamur menghasilkan spora. Spora jamur berbeda-beda bentuk dan ukurannya dan biasanya uniseluler, tetapi adapula yang multiseluler. Apabila kondisi habitat sesuai, jamur memperbanyak diri dengan memproduksi sejumlah besar spora aseksual. Spora aseksual dapat terbawa air atau angin. Bila mendapatkan tempat yang cocok, maka spora akan berkecambah dan tumbuh menjadi jamur dewasa.

Reproduksi secara seksual pada jamur melalui kontak gametangium dan konjugasi. Kontak gametangium mengakibatkan terjadinya singami, yaitu persatuan sel dari dua individu. Singami terjadi dalam dua tahap, tahap pertama adalah plasmogami (peleburan sitoplasma) dan tahap kedua adalah kariogami (peleburan inti). Setelah plasmogami terjadi, inti sel dari masing-masing induk bersatu tetapi tidak melebur dan membentuk dikarion. Pasangan inti dalam sel dikarion atau miselium akan membelah dalam waktu beberapa bulan hingga beberapa tahun. Akhimya inti sel melebur membentuk sel diploid yang segera melakukan pembelahan meiosis.

4. Peranan Jamur
Peranan jamur dalam kehidupan manusia sangat banyak, baik peran yang merugikan maupun yang menguntungkan. Jamur yang menguntungkan meliputi berbagai jenis antara lain sebagai berikut :
a. Volvariella volvacea (jamur merang) berguna sebagai bahan pangan berprotein tinggi.
b. Rhizopus dan Mucor berguna dalam industri bahan makanan, yaitu dalam pembuatan tempe dan oncom.
c. Khamir Saccharomyces berguna sebagai fermentor dalam industri keju, roti, dan bir.
d. Penicillium notatum berguna sebagai penghasil antibiotik.
e. Higroporus dan Lycoperdon perlatum berguna sebagai dekomposer.

Di samping peranan yang menguntungkan, beberapa jamur juga mempunyai peranan yang merugikan, antara lain sebagai berikut :
a. Phytium sebagai hama bibit tanaman yang menyebabkan penyakit rebah semai.
b. Phythophthora inf'estan menyebabkan penyakit pada daun tanaman kentang.
c. Saprolegnia sebagai parasit pada tubuh organisme air.
d. Albugo merupakan parasit pada tanaman pertanian.
e. Pneumonia carinii menyebabkan penyakit pneumonia pada paru-paru manusia.
f. Candida sp. penyebab keputihan dan sariawan pada manusia.

Asal usul kehidupan

 Asal-usul kehidupan

pertanyaan yang mendasar dalam hidup adalah darimanakah atau bagaimanakah mahkluk hidup ada? manusia sebagai mahkluk yang memiliki akal dan budi melahirkan ilmuwan-ilmuwan yang pandai dan mampu memecahkan masalah hidup dengan metodenya yang terkenal yaitu dengan metode penelitian.

Perkembangan teknologi terus terjadi hal ini menyebabkan semakin banyak misteri proses kehidupan yang dapat dijelaskan, sampai pada akhirnya manusia mencoba untuk menelusuri untuk mencari jawaban darimanakah asal-usul manusia.

Pada materi ini kita akan membahas asal-usul kehidupan. Dalam perkembangannya usaha mencari jawaban asal-usul kehidupan mengalami dinamika berupa perdebatan antara dua teori utama, yaitu teori evolusi dan teori penciptaan. kedua teori ini saling bertentangan dari dahulu bahkan hingga saat ini ketika artikel ini ditulis, hal ini terjadi dikarenakan teori yang satu berpendapat bahwa mahkluk hidup yang saat ini berasal dari nenek moyang yang sama, mengalami perubahan secara perlahan dan bersifat komulatif, sedangkan pendapat yang lain berkata bahwa mahkluk hidup yang sekarang ada karena diciptakan dalam keadaan yang sempurna dan tidak mengalami perubahan.